Barongsainews.com/Sebagai guru, terkadang kita harus membuat keputusan-keputusan harian yang tak terhitung jumlahnya, mengenai cara mengajar, berinteraksi dan merespons peserta didik kita didalam kelas. Sekalipun kita terkadang dapat menggunakan logika sederhana atau “common sense” dalam membuat keputusan-keputusan tersebut, common sense semacam itu terkadang dapat menyesatkan.
sehingga kita membuat kesimpulan yang kurang dapat dipertanggung jawabkan dan bahkan tidak akurat.
Guru adalah profesi yang menyenangkan yang bisa kita pilih dibumi ini.
namun guru juga seringkali merupakan profesi yang menantang, para peserta didik tidak selalu datang dalam kondisi siap atau antusias menerima pelajaran.
Kalau guru baru/pemula (dalam kurikulum), awalnya mungkin kewalahan menjalankan peran, bersama puluhan siswa dengan latar belakang, keterampilan dan kebutuhan yang beragam. dalam beberapa minggu (atau bulan) pertama, mungkin harus berpegang kuat pada pedoman pengajaran yang ditetapkan oleh para pakar penyusun kurikulum (Berliner 1998, Psikologi Pendidikan)
namun ketika menjadi semakin berpengalaman, akhirnya akan mampu membuat keputusan keputusan mengenai berbagai situasi dan masalah rutin secara cepat & efisien, juga memiliki banyak waktu dan tenaga untuk berpikir kreatif & fleksibel mengenai cara-cara terbaik mengajar & mendidik mata pelajaran atau modul yang di ampu ( Barko & Putnam 1996; Patrick & Pintrich,2001).
Didalam kurikulum merdeka hari ini terdapat pembelajaran berdifrensiasi dimana proses pembelajaran yang memperhatikan adanya keberagaman latar belakang (sosio-ekonomi-kultur), kebutuhan, kemampuan, minat dan potensi bakat peserta didik.
pembelajaran berdifrensiasi yang benar-benar berpusat pada peserta didik. yang benar-benar membutuhkan kepedulian seorang guru. untuk menarik attensi atau perhatian peserta didik, dan muncullah ketertarikan antusiasme peserta didik nya sehingga ilmu yang diajar kan guru berkah dan dapat langsung ditangkap atau mengalir kepada peserta didik nya.
Didalam film kungfu kids dikatakan oleh masternya; Siswa atau peserta didik tidak perduli dengan seberapa cantik/tampan atau cerdas nya seorang guru, yang siswa atau peserta didik perdulikan adalah seberapa perduli guru tersebut kepada mereka.
mungkin ini lah yang saya tangkap dari pembelajaran berdifrensiasi yaitu berpusat atau perduli kepada peserta didik.
dengan mencurahkan hati dan pikiran sepenuhnya untuk mendidik demi kemajuan generasi emas.
seperti yang dikatakan seorang filsuf Ariestoteles: mendidik pikiran tanpa mendidik hati bukan lah pendidikan sama sekali.
Tujuan adanya pembelajaran berdiferensiasi adalah supaya setiap siswa dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan non-kognitif sesuai dengan kapasitas mereka, motivasi, dan hasil belajar. Hal ini juga dapat membantu mengatasi kesenjangan hasil belajar yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang tersebut.
Pembelajaran Berdifrensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang memahami bahwa setiap peserta didik adalah unik dan memiliki kebutuhan belajar yang berbeda.
Penerapan pembelajaran berdifrensiasi memperhatikan rancangan pembelajaran yang efektif. dilakukan dengan asasemen diagnostik untuk mengetahui gambaran awal peserta didik, kadar atau level (hiqh achiever or low achiever) kemampuan peserta didik sehingga dapat diselaraskan dengan tujuan pembelajaran.
Marciel nordlund mengungkapkan bahwa kita dapat melakukan pembelajaran berdifrensiasi dengan 3 alternatif modifikasi yaitu model modifikasi konten, modifikasi proses, modifikasi produk akhir. konten berkaitan dengan materi yang diajarkan, proses berkaitan dengan bagaimana guru menyajikan materi dan ragam aktifitas apa yang dilakukan peserta didik didalam kelas, produk merupakan hasil akhir atau karya yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai bukti bahwa pembelajaran telah dilakukan.